Cara Memilih Mesin Cuci Sesuai dengan Selera dan Budget yang Dimiliki

Gambar
Di jaman modern ini setiap orang memiliki kesibukan yang cukup padat sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan dasar rumah tangga, misalnya mencuci. Dengan kehadiran mesin cuci tentu hal ini sangat membantu dan meringankan beban khususnya beban ibu-ibu rumah tangga dalam mencuci. Tahu mesin cuci kan?

Nyepi di Kampung Halaman

Jalanan sepi saat Nyepi

Nyepi...tentu sudah tidak asing bagi semua masyarakat Indonesia ya, khususnya yang beragama Hindu. Nah pengalaman saya melaksanakan Nyepi inilah yang akan saya ceritakan pada postingan saya kali ini.


Saya senang sekali bisa melaksanakan Hari Raya Nyepi di kampung halaman saya di Lampung, yaitu di Bali Sadhar Tengah. Momen ini sudah saya rencanakan jauh-jauh hari karena saya sudah lama sekali tidak pernah merayakan Hari Raya Nyepi di tanah kelahiran saya.

Dulu saya selalu merayakan Hari Raya Nyepi di Jogja. Semenjak tahun 2016 saya selalu merayakan Hari Raya Nyepi di India. Akhirnya kali ini bisa tercapai keinginan saya untuk merayakannya di Lampung.

Bagaimana perayaan Nyepinya?

Seperti biasa Hari Raya Nyepi dirayakan dengan melaksanakan Tapa Brata Penyepian yang disebut dengan Catur Brata Penyepian. Pada pagi hari jam 6 pagi ada bunyi kentongan sebagai tanda brata Nyepi dimulai.

Yang dimaksud dengan Catur Brata Penyepian yaitu Amati Geni - tidak menyalakan api, Amati Karya - tidak bekerja, Amati Lelanguan - tidak bersenang-senang, dan Amati Lelungaan - tidak bepergian.

Menurut saya tidak ada perubahan yang berarti dalam pelaksanaan Hari Raya Nyepi di sini, karena masih seperti Hari Raya Nyepi jaman dulu ketika saya masih kecil. Maksudnya ketika Hari Raya Nyepi masih ada saja warga yang beraktivitas lalu-lalang di jalan.

Menurut pendapat beberapa orang di sekitar saya, mereka berpendapat agak susah untuk melaksanakan Hari Raya Nyepi dengan ketat. Hal ini dikarenakan warga di sini berprofesi sebagai petani dan memelihara ternak sapi.

Sebagian besar warga menempatkan kandang sapinya di ladang masing-masing yang bisa dikatakan cukup jauh dari rumah. Jadi sudah pasti mereka harus menengok sapi di kandang pada pagi hari, kemudian memandikan sapi saat siang hari, dan pada sore harinya kembali membawa sapi kekandang untuk diberi makan.

Selain itu di sini tidak ada pengamanan khusus pada saat Hari Raya Nyepi, seperti di Bali atau tempat lainnya seperti di Bromo. Jadi pelaksanaan Nepi di sini sepenuhnya dari kesadaran pribadi warga. Jika warga sadar akan kewajiban untuk melaksanakan brata penyepian maka pasti brata itu akan dilaksanakan, begitu juga sebaliknya.

Bagaimana di lingkup keluarga?

Nyepi identik dengan puasa. Jadi umat Hindu yang melaksanakan brata pada saat Nyepi biasanya akan berpuasa. Biasanya puasa akan dilaksanakan dari pagi hari pada Hari H Nyepi sampai dengan pagi keesokan harinya.

Di rumah saya, hanya saya saja yang berpuasa saat itu. Ayah, ibu, dan adik saya sepertinya tidak terbiasa berpuasa. Karena tidak ada paksaan untuk berpuasa, ya kembali lagi seperti yang saya tuliskan di atas, yaitu berdasarkan kesadaran sendiri.

Dari pagi hari setelah sembahyang pagi sebagai tanda mulai puasa, saya juga mematikan handphone agar tidak ada panggilan yang mengganggu, juga agar tidak tergoda untuk bermain hp. Jadi memang sudah saya niatkan dari hari sebelumnya untuk melaksakan brata Nyepi semaksimal mungkin.

Ayah saya bahkan pagi-pagi sudah keladang untuk menengok sapi. Jauhnya kurang lebih setengah jam jalan kaki dan siang hari ayah sudah pulang.

Ibu saya masih agak taat, walaupun tidak berpuasa namun masih melaksanakan brata Nyepi lainnya, seperti tidak menyalakan api, tidak bepergian, tidak mengerjakan sesuatu, dan tidak menghibur diri. Bahkan ibu saya tidak berani untuk membuat makanan babi.

Yang lebih parah adalah adik saya. Bangun tidur siang hari kemudian pergi ke rumah temannya untuk bermain game. Pulang sebentar untuk makan siang, kemudian pergi lagi. Kemungkinan menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk bermain game.

Dengan kondisi seperti ini, tentu saja pelaksanaan Nyepi tidak sempurna. Apalagi pada malam harinya ayah saya menyalakan lampu dan televisi. Jadi mau tidak mau Hari Raya Nyepi yang seharusnya spesial menjadi biasa-biasa saja seperti hari-hari lainnya.

Ogoh-ogoh diarak saat festival

Pengerupukan

Pengerupukan adalah hari sebelum Nyepi. Jadi sehari sebelum Nyepi adalah hari pengerupukan yang sekaligus hari Tilem. Bahkan pada pengerupukan kali ini bertepatan dengan piodalan di Pura Puseh. Pura Puseh ini ada tepat di depan rumah saya.

Piodalan biasanya dilaksanakan pada malam hari, namun karena berbarengan dengan pengerupukan maka mau tidak mau piodalan dilaksanakan pagi hari agar sore harinya bisa melaksanakan pengerupukan. 

Pada prosesi pengerupukan seperti biasa warga melaksanan pecaruan di rumah masing-masing. Pecaruan ini berfungsi untuk menyucikan dan membersihkan lingkungan agar pada saat Nyepi keesokan harinya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Selain melakukan pecaruan, warga akan mengarak ogoh-ogoh keliling kampung. Khusus di Banjar Sari Agung, muda-mudi Buana Centre membuat tiga ogoh-ogoh. Jadi tiga ogoh-ogoh ini diarak pada sore hari sekitar jam sore.

Bagaimana dengan saya? tentu saja saya ikut mengarak ogoh-ogoh, walaupun tidak ikut memikul ogoh-ogohnya. Jadi cukup mengikuti dari belakang sambil mengabadikan beberapa momen dengan hp.

Prosesi mengarak ogoh-ogoh diiringi dengan hujan gerimis. Beberapa jam sebelumnya memang sempat hujan deras, beruntungnya pada saat prosesi mengarak ogoh-ogoh hanya hujan gerimis.

Setelah selesai diarak keliling kampung, ogoh-ogoh di bakar di lapangan sepakbola di depan SDN 2 Bali Sadhar Tengah.

Sembahyang bersama saat Ngembak Geni

Ngembak Geni

Sehari setelah Hari Raya Nyepi disebut dengan ngembak geni. Pada hari ngembak geni ini umat Hindu di Desa Bali Sadhar berkumpul di Pura Kahyangan Tunggal untuk melakukan persembahyangan bersama dan simakrama atau saling maaf-memaafkan.

Acara sembahyang bersama pada saat ngembak geni di Pura Kahyangan Tunggal sudah berlangsung turun-temurun. Namun sayang sekali pada saat ngembak geni ini tidak semua umat Hindu berkenan untuk hadir. Berdasarkan pengamatan saya, yang hadir sebagian besar muda-mudi dan petinggi-petinggi umat Hindu yang ada di Desa Bali Sadhar.

Selain simakrama, pada saat ngembak geni tanggal 8 Maret 2019 lalu juga diisi dengan acara pembagian hadiah lomba Dharma Wacana dan Hadiah Festival Ogoh-ogoh. Jika saya tidak salah ingat, acara simakrama selesai sekitar jam 11 siang. Selesai ber-simakrama umat pun pulang ke rumah masing-masing.

Dengan adanya Hari Raya Nyepi maka itu tandanya umat Hindu memasuki tahun baru Saka. Demikialah sekelumit pengalaman saya merayakan Hari Raya Nyepi di kampung halaman setelah beberapa tahun tidak pernah bisa ikut merayakan di rumah.




Komentar

Postingan populer dari blog ini