Cara Memilih Mesin Cuci Sesuai dengan Selera dan Budget yang Dimiliki

Gambar
Di jaman modern ini setiap orang memiliki kesibukan yang cukup padat sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan dasar rumah tangga, misalnya mencuci. Dengan kehadiran mesin cuci tentu hal ini sangat membantu dan meringankan beban khususnya beban ibu-ibu rumah tangga dalam mencuci. Tahu mesin cuci kan?

Tentang Viralnya Surat Wisely Kepada Pak Polisi


foto dari kebudayaan.kemdikbud.go.id

Kemarin saat saya sedang baca-baca berita di kompas.com, saya menemukan berita tentang viralnya surat Wisely kepada polisi yang berisi ucapan terimakasih karena sudah lulus tes untuk mendapatkan SIM C. Beritanya silahkan baca di Kompas.com.

Berita ini mengingatkan saya pada pengalaman saat membuat SIM C, jika saya tidak salah ingat sekitar tahun 2006 atau mungkin 2007. Itu adalah kali pertama saya membuat SIM C.

Pada waktu itu saya membuat SIM di poltabes Yogyakarta. Pada waktu itu untuk pusat layanan SIM-nya masih di belakang Gedung Agung dan saat ini sudah pindah ke Patuk.

Pada waktu membuat SIM saya bahkan bukan tidak memiliki KTP Jogja, karena masih memakai KTP Lampung. Jadi saat itu masih ada KTP sementara yang disebut dengan KIPEM. Saya pada saat itu tinggal di Ngasem dan beruntungnya berkat bantuan Pak RW Ngasem saya dibantu menggunakan alamat beliau sebagai alamat saya. Tentu saja tidak terlepas bantuan Pak RT. Mereka berdua adalah orang-orang yang berjasa atas SIM yang saya miliki pada saat itu.

Jadi sebelum mengurus SIM saya mengurum KIPEM di kantor kelurahan Keraton. Yang pernah ke Jogja pasti tahu Keraton itu dimana. Nah kelurahan keraton itu berdampingan dengan Museum Kereta Keraton.

Mengurus KIPEM sangat mudah dan sudah pasti gratis ya. Bahkan dalam satu hari sudah jadi. Jadi pada saat itu setelah selesai mengurus KIPEM, berselang dua hari kemudian saya berangkat ke Poltabes Kota Yogyakarta untuk mendaftar pembuatan SIM.

Persyaratannya sangat mudah, jika tidak salah ingat itu hanya fotocopy KTP 2 lembar dan fotocopy KK 2 lembar serta membayar uang pendaftarannya 85 ribu rupiah pada saat itu. Tahu tidak, ternyata petugas pendaftarannya orang Bali. Dalam hati saya merasa senang. Wah sekelik ini (begitu pikir saya).

Jadi untuk membuat SIM ini saya sudah memutuskan untuk tidak neko-neko dengan menggunakan jasa calo. Karena selain saya penasaran dengan tes yang diikuti dalam ujian SIM, saya juga sangat kere, alias tidak punya uang. Saat itu begitu parkir motor saja sudah ada yang mendekati menawarkan jasa bantuan untuk memproses pembuatan SIM tanpa tes.

Jadi saya langsung mengikuti ujian tertulis saat itu juga. Ternyata ujiannya tentang rambu-rambu lalu lintas. Hari itu nasib saya kurang beruntung karena saya gagal tes tertulis walaupun saya sudah belajar tentang rambu-rambu lalu lintas yang bukunya saya dapat dari teman.

Pak polisi meminta saya datang lagi keesokan harinya. Malamnya saya belajar lagi tentang rambu-rambu lalu lintas.

Keesokan harinya saya datang lagi ke kantor polisi. Kembali lagi saya mengikuti tes tertulis. Saat itu saya beruntung karena saya lulus tes tertulis. Pak polisi mengarahkan saya untuk ke tempat tes praktek berkendara yang tempatnya di Patuk. Apa mau dikata saya gagal tes praktik ini.

Mungkin karena saya tidak menggunakan motor yang tidak biasanya saya gunakan (motor pak bos). Jadi pada saat tes praktek tersebut saya menggunakan motor pinjaman. Saya minjam motor dari tetangga. Saya lupa namanya, beliau adalah pemilik toko sendal dan sepatu dari Bandung.

Karena saya gagal, pak polisi meminta saya untuk datang setelah satu minggu.

Singkat cerita, karena saya pikir saya harus lulus tes kedua ini maka saya memutuskan untuk latihan di tempat ujian SIM tersebut. Nah kebetulan saya memiliki kontak salah satu pak polisi yang tinggal di asrama polisi Patuk ini, yaitu Pak Wayan Sudana.

Saya memberanikan diri untuk menelpon Pak Wayan Sudana pada saat itu untuk bertanya apakah boleh saya latihan ujian SIM di lapangan tempat ujian SIM tersebut. Karena Pak Wayan mengatakan boleh, maka selama tiga hari setiap sore saya datang ke asrama polisi Patuk untuk latihan berkendara.

Pelajaran yang saya dapat agar tidak gugup dan tidak gagal saat ujian praktek berkendara adalah jangan menggunakan gigi 1 untuk melaju pelan di lintasan karena motor tidak akan stabil. Jadi agar stabil langsung saja gunakan gigi 2. Setelah saya praktekkan itu ternyata benar.

Jika mungkin Pak Wayan membaca postingan ini, saya mau bilang "terimakasih pak sudah mengijinkan saya untuk latihan ujian berkendara di Patuk".

Singkat cerita, hari H pun datang. Saya langsung menuju Patuk untuk ujian praktek. Kali ini saya memakai motor yang biasanya saya pakai, jadi saya yakin semoga lulus. Ujian pun dimulai. Ada seorang ibu yang paling pertama mendapat giliran. Ibu ini menggunakan motor matik.

Jadi baru melaju sebentar ibu ini sudah menerobos tiang pembatas pada lintasan dan dia menyentuhkan kakinya ke tanah. Artinya jika mengikuti aturan yang ada ibu ini tidak lulus ujian praktek.

Giliran saya adalah kedua, tepat setelah ibu yang menerobos tiang-tiang pembatas lintasan. Saat itu adalah hari keberuntungan saya, karena saya lulus tes praktik. Seandainya saja saya tidak lulus, maka saya harus menunggu selama 1 bulan untuk bisa ikut tes lagi (katanya sih begitu).

Karena saya sudah dinyatakan lulus maka saya langsung ke kantor polisi yang dibelakang Gedung Agung untuk progress selanjutnya yaitu bayar biaya sebesar 85 ribu rupiah dan mendapatkan SIM.

Disinilah janggalnya, setiba saya di kantor polisi saya melihat ibu yang tes praktek sebelum saya melakukan pembayaran kemudian masuk ke ruang tunggu foto dan pengambilan SIM. Logikanya kan, kalau belum lulus tes praktek seharusnya belum bisa ke progress selanjutnya. Jadi saya asumsikan ibu ini main kongkalikong. Bisa jadi memakai jasa calo. Jadi tes yang dia ikuti hanya formalitas saja.

Nah itulah the power of emak-emak. Makanya jangan heran jika dijalan anda bertemu emak-emak berkendara motor menyalakan lampu sign kiri namun berbeloknya ke kanan. Jika anda merasa janggal dan dongkol karena hal itu, langsung saja ingat "The Power of Emak-emak".

Namun saya tentu saja tidak bisa protes, wong saya ga pakai calo haha. Namun saya bangga karena saya lulus murni berdasarkan usaha saya.

Akhirnya saya mendapatkan SIM pertama saya. Seperti yang saya tulis diatas, pusat layanan SIM di Poltabes Kota Yogyakarta sudah pindah ke Patuk. Saya tahunya pada waktu bulan november tahun kemarin saat mengurus perpanjangan SIM.

Nah itulah pengalaman saya pertamakali membuat SIM.


Komentar

Postingan populer dari blog ini