|
Mangko dan gelas stainless |
Setelah membahas
tempe, maka pada tulisan ini saya akan membahas mengenai sambel kacang.
Teman-teman tahu kan apa itu sambel kacang? Sudah pasti tahu lah ya.
Kalau orang bali
biasanya menyebutnya dengan sambel kacang, sedangkan orang jawa menyebutnya
dengan bumbu kacang (kalau tidak salah). Sebaiknya di sini saya pakai istilah
bumbu kacang aja ya.
Jadi seperti
ketahui bersama bahwa bumbu kacang dipakai di berbagai makanan di Indonesia
seperti pecel, gado-gado, lotek (dijogja), sate, dan lainnya. Maaf contohnya
hanya itu saja karena saya tahunya cuma itu.
Sebenarnya rasa
kangen dengan bumbu kacang ini muncul saat saya sedang telponan dengan pacar
saya. Kebetulan pacar saya adalah salah satu ahlinya membuat bumbu kacang
karena ia adalah mantan penjual pecel. Jadi sudah tidak diragukan lagi
keahliannya dalam membuat bumbu kacang.
Saya suka dengan
bumbu kacang sebeanrnya dari kecil, karena ibu saya dulu suka sekali membuat
bumbu kacang yang pedas sebagai salah satu “teman” saat menyantap nasi.
Walaupun mungkin bumbu kacang buatan ibu saya tidak seenak bumbu kacang buatan
bakul pecel, namun itu adalah awal mula saya suka bumbu kacang.
Dari kesukaan
dengan bumbu kacang maka saya suka juga dengan pecel. Dari semua makanan yang
memakai bumbu kacang di atas semuanya saya suka, kecuali gado-gado. Saya agak
kurang suka dengan gado-gado.
|
Selfi bertiga bersama kacang goreng |
Karena telponan
membahas bumbu kacang akhirnya saya kangen rasanya si bumbu kadang. Saat
berbicara di telpon mbak pacar sudah menjelaskan bahwa untuk membuat bumbu
kacang harus ditambah cabai rawit merah, bawang putih, garam, dan
kencur kalau tidak salah. Lupa-lupa ingat. O ya... kacangnya harus kacang tanah
goreng ya, bukan kacang rebus he he...
Mbak pacar juga menjelaskan
bahwa bumbu kacang rasanya akan lebih enak kalau di ulek. Di blender juga bisa,
tapi rasanya agak berbeda katanya. Nah permasalahannya dalah di sini saya tidak
punya keduanya, tidak punya ulekan dan tidak punya blender. Jadi gimana dong
cara membuatnya?
Mikir...
Akhirnya dapat
juga ide. Kebetulan saya punya mangkok dan gelas stainless. Kebetulan peralatan
makan di sini semuanya stainless, jadi sepertinya bisa dimanfaatkan. Saya pilih
menggunakan mangkok dan gelas. Mangkok saya gunakan sebagai “cobek”nya dan
gelas saya pakai sebagai “ulekan”nya. Memang kalau sendiri kita harus kreatif
ya.
Kacangnya sudah
punya. Disini kacang goreng bisa dibeli di pasar tradisional seharga 30 rupee per
250 gram. Sepertinya mahal juga sih. Sebeanrnya bisa juga goreng sendiri,
tetapi rasa malas dalam kondisi mode on.
Karena sudah
kebelet menikmati bumbu kacang, jadi bumbu kacang hanya dibuat dengan komposisi
kacang dan garam saya. Kenapa? Karena lupa membeli bawang putih. Karena bawang
merah yang kecil-kecil agak susah di dapat di sini, kalau bawang bombai banyak.
Begitu juga dengan kencur, belum pernah ketemu kencur di India.
Setelah berjuang
mengulek kacang tanah dengan “pantat” gelas dan beralaskan mangkok, akhirnya
jadi juga bumbu kacang rasa India. Rasanya tidak jauh beda sih dengan bumbu
kacang di Indonesia, sama-sama terasa kacang. Mungkin kedepannya jika ada
peluang bisa jualan pecel atau gado-gado di India ya.
Nah itulah
sekelumit cerita tentang bumbu kacang. Pepatah mengatakan “tidak ada cobek dan
ulekan, gelas dan mangkok stainless pun jadi”.
Salam bumbu.
Heyy... Kyknya mbk pacar bilang resep bumbu nya gak pake bawang merah lho..
BalasHapus