Cara Memilih Mesin Cuci Sesuai dengan Selera dan Budget yang Dimiliki

Gambar
Di jaman modern ini setiap orang memiliki kesibukan yang cukup padat sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan dasar rumah tangga, misalnya mencuci. Dengan kehadiran mesin cuci tentu hal ini sangat membantu dan meringankan beban khususnya beban ibu-ibu rumah tangga dalam mencuci. Tahu mesin cuci kan?

Hari Minggu, Saatnya Membuat Ibu Tertawa

Ibu sedang belajar membaca untuk ujian paket Z
Hari ini saya menelpon ibu. Karena jaman sudah canggih jadi nelponnya video call memakai whatsapp. Sebenarnya niat saya nelpon adalah untuk menggoda dua orang keponakan saya, namun karena mereka sedang tidur siang, jadi mau tidak mau si nenek yang menjadi sasaran godaan.


Anak mana sih yang ga ingin ibunya bahagia? (yang ga ingin ibunya bahagia silahkan angkat tangan). Saya adalah salah satu anak yang ingin ibu saya bahagia. Salah satu cara saya membuat ibu saya bahagia adalah dengan mengejek ibu lewat telpon (karena jauh, kalau dekat sudah saya ejek langsung). Tolong jangan salah paham dulu ya, saya mengejek bukan berarti menghina. Ibu adalah teman bagi saya. Jadi suka-suka saya mengejek beliau. Ha ha.

Karena pada dasarnya saya memang suka ejek-ejekan. Omongan yang serius di skip-skip aja ya. Nah begini kisahnya.

Seperti yang saya katakan sebelumnya saya ingin menggoda keponakan, namun akhirnya ibu yang jadi sasaran. Jadi ibu saya sekarang mempunyai aktifitas tambahan yaitu membuat jajanan basah untuk dititipkan ke warung-warung terdekat.

S: "Buk...gimana hari ini ngapain aja, ga buat kue?"

I: "Engga...udah ga buat kue lagi?"

S: "O jadi bangkrut ya, wah kasihan."

I: "Bukan bangkrut, memang hari ini ga buat kue. Buat kuenya 2 hari sekali. Terus pagi-pagi dibawa keliling sambil jalan kaki."

S: "O jadi ibuk sekarang jualan keliling, ke rumah-rumah warga gitu?"

I: "Bukannnn...jadi pagi ibu keliling ke warung-warung, dititipkan di warung-warung sambil jalan kaki."

S: "Lah...kok jalan kaki? Itu kan ada motor dirumah, kenapa ga bawa motor saja?"

I: "Mau di gendong motornya? Udah tau ga bisa berkendara motor malah nanya kenapa ga bawa motor."

S: "Engga kenapa digendong, dituntun saja. Kan sudah punya cucu 2 ekor, satu suruh megang setir motornya, satu lagi suruh dorong motornya, gampang toh?"

I: "Ha ha ha ha ha...punya anak kok kayak gini."

S: "Kok ketawa, ga suka punya anak kayak saya buk?"

I: "Ya tidak begitu juga."

S: "Setiap buat kue berapa kilo sekali buat?"

I: "Miiiih... ga sampai berkilo-kilo. Paling banyak 1 kilo. Biasanya cuma 3 canting saja. Biar ibu ada kegiatan kalo malam sebelum tidur. Biar pagi-pagi bisa olahraga jalan kaki. Biar ga beku otaknya."

S: "Wah kalo buatnya sedikit ga jadi juragan kue dong. Kalau biar bisa olahraga kan di jogja ada jalan ringroad yang ngiterin jogja, jalan disana aja setiap pagi kan lumayan bisa ngencerin otaknya bu."

I: "Weeee...ya ga mau lah, ga dapat duit saya nanti kalo jalan kaki di ringroad, dapatnya capek aja."

S: "Sekali jualan dapat untung berapa buk?"

I:"Ga banyak. Dapat untung seribu saja udah seneng. Kan yang penting bisa jalan kaki kalo pagi hari. Ga terlalu mentingin untungnya. Mau untung berapa coba?"

S: "Ya sudah untungnya dimasukin ke celengan saya ya."

I: "Eh anak laki, kamu dimana punya celengan, memangnya kamu punya?"

S: "Ya punyalah, itu saya taruh di lemari, coba cari aja di sana. Kalo ga ketemu ya tanya ibu saya."

Ibu tambah bingung.

I: "Ha ha ha...kamu mau ngerjain saya ya."

S: "Oh lupa, ternyata saya ga punya, he he he. Kalau keliling bawanya cuma kue saja buk?"

I: "Iya, emangnya mau bawa apa lagi?"

S: "Yah pantesan untungnya dikit. Coba itu kebaya buatannya kakak dibawa juga sekalian di tawarin ke warga sekitar."

I: "Wehhh...krumpung, ngapain saya subuh-subuh keliling bawa kebaya. Siapa yang mau beli pakaian di pagi buta. Kurang kerjaan aja."

S: "Ya sapa tau kan, namanya juga usaha. Siapa tau ada memedi (hantu) yang masih berkeliaran sampai subuh dan dia pengen beli kebaya. Kan lumayan buat nambah untung...ha ha ha..."

Ibu tambah menjadi-jadi tertawanya....

I: "Eh..sekarang disana jam berapa ya?"

S: "Jam setengah sepuluh di sini. Kenapa nanya-nanya jam, sudah bosan nelponnya?"

I: "Ya ga bosen, kan nanya saja biar tahu. Berarti di sini jam setengah sebelas ya?"

S: "Kok setengah sebelas, ya jam sebelas dong, kan selisihnya satu setengah jam. Ah ibuk ini gimana sih. Masak itung-itungan aja ga bisa. Nanti dibohongin pembelinya lho...Makanya sekolah dulu jangan males, ga tamat kan jadinya. Sekolah yang rajin dongggg."

I: "Eh komang, kamu ini ga tau sih bagaimana rasanya sekolah dulu, bagaimana susahnya sekolah dulu. Kamu beruntung lahir tidak melihat hutan dulu, untung lahir saat semua sudah terang. Sekolah saat semua sudah enak. Lah saya lahir langsung melihat alas (hutan).

S: "Ha ha ha...lah siapa yang suruh ibu lahir duluan dulu, coba lahirnya barengan sama saya, jadi kan ga melihat hutan."

I: "Kamu untung lahir langsung melihat makanan nasi tulen, bukan nasi sagu. Kalo ibu dulu makannya nasi sagu dan nasi ubi."

S: Lah yang salah kan ibuk...waktu saya lahir ga masak nasi sagu dan nasi ubi. Coba waktu saya lahir ibuk masak nasi sagu dan nasi ubi, ya saya pasti makannya nasi itu. Gimana toh. Yang salah ibuk kan?"

I: "Ya ya ya...ibuk dah yang salah, kamu selalu benar...(sambil tertawa dan mengusap air mata)"

S: "Udah udah ga usah nangis, masak ngomong segitu aja nangis. Serius amat. Jadi nenek-nenek kok malah cengeng."

I: "Siapa yang nangis, enak aja."

S: "Lah itu buktinya usap-usap air mata."

I: "Eh krumpung, ibuk ngusap air mata karena tertawa mendengar omongan kamu. Bukan nangis."

S: "Ohhhh...ya udah. Udahan aja kalo gitu nelponnya, bosen ngomong saja ibuk."

I: "Ya sudah...sana pergi, sana pergi."

Nah itulah kurang lebih percakapan saya dengan ibu saya. Yang jelas saya sudah berhasil membuat ibu saya tertawa dari awal nelpon sampai akhir nelpon. Tertawa adalah salah satu cara membuat hidup kita sehat bukan? Artinya...saya sedang berusaha membuat ibu saya selalu sehat. Bagaimana dengan anda?

Komentar

Postingan populer dari blog ini