|
Penari di dominasi putri |
Selamat malam...
Sudah lama sekali
saya tidak menulis, terakhir menulis adalah pada bulan Januari
kemarin. Kali ini saya mencoba memulai lagi.
Sebenarnya banyak
sekali kejadian-kejadian sehari-hari yang ingin saya ceritakan di
sini, namun bingung juga memulainya dari mana.
Oke...saya akan
berbagi cerita tentang pentas seni menyambut perayaan Mahasivaratri.
Sebenarnya sudah sanagat telat ya menceritakan semua ini, namun tidak
apalah, lebih baik telat daripada tidak sama sekali.
Jadi pada bulan
maret kemarin di Koppa, tempat di mana saya tinggal sebuah koran
lokal memprakarsai untuk diadakannya sebuah pentas seni. Pentas seni
ini merupakan acara rutin tahunan yang dilaksanakan di sini.
Pelaksanaannya biasanya pada awal tahun, namun tahun ini dilaksanakan
bertepatan dengan hari raya Mahasivaratri.
|
Siva dan Parvati |
Acara pentas seni
ini diisi dengan berbagai tarian daerah dan moderen dari seluruh
India dan pada tahun ini semua penarinya berasal dari Aroor
Laksminarayana Rao Memorial Ayurveda Medical College, kampus tercinta
kami, hehe....
Soal keahlian menari
tidak usah diragukan lagi. Hampir semua mahasiswa di sini mempunyai
hobi menari. Sama halnya dengan orang Bali, yang selalu identik
dengan bisa menari. Begitu juga di sini, bukan orang India namanya
kalo tidak bisa menari. Jangankan saat bahagia, saat sedih pun orang
India akan bernyanyi dan menari. Tidak percaya? Berarti anda tidak
pernah menonton film India...
|
Untuk jadi penari tidak harus langsing, because big is beautiful |
Kapan sempat latihan
menari padahal kuliah sangat padat sekali?
Disitulah
serunya...seni manajemen sangat dibutuhkan dalam hal ini, yaitu
manajemen waktu. Teman-teman yang berpartisipasi dalam menyumbangkan
tarian selalu bisa meluangkan waktu untuk latihan menari. Dalam
hitungan minggu teman-teman bisa menyiapkan sebegitu banyak tarian,
kalau tidak salah kurang dari satu minggu. Sangat luar biasa. Atu
orang tidak hanya menarikan satu tarian, tetapi 3-4 tarian dalam
sebuah group.
|
Pantonim tukang selfie |
Saya saja sampai
terkagum-kagum karena hal ini. Menari juga membutuhkan tenaga,
apalagi tarian India adalah tarian dengan gerak cepat yang
membutuhkan tenaga ekstra kuat bagi penarinya. Teman saya mengatakan
menarikan satu tarian selama 4 menit saja sudah membuat keringat
bercucuran. Bagaimana dengan 4 tarian dengan konsep yang berbeda? 4
kali bercucuran dong. Ini dikatakan oleh teman Indonesia saya yang
juga berpartisipasi menyumbangkan tarian.
|
Yang gayanya paling beda itu adalah mahasiswi dari Indonesia |
Pada hari pementasan
antusiasme penonton sangat luar biasa. Ribuan manyarakat Koppa hadir
untuk menonton, plus mahasiswa-mahasiswi dari kampus kami. Konsep
panggung juga sangat luar biasa. Mereka sangat total dalam menyiapkan
panggung dan tempat acara. Panggung dilengkapi dengan layar led, sama
halnya dengan konsep konser-konser band-band papan atas di Indonesia.
Walaupun di sebuah kota kecil, namun dalam hal pementasan seni
panitia sangat terlihat menguasai teknologi.
Nuansa religi juga
sangat kental. Tarian yang ditampilkan pertama adalah tarian untuk
pemujaan pada dewa, yaitu dewa Siva. Setelah itu dilanjutkan dengan
tarian-tarian lainnya.
Acara ini
berlangsung selama lima setengah jam. Cukup lama karena saking
banyaknya tarian yang dipentaskan. Rasa lelah saat berlatih dan tampil dalam pentas terbayarkan dengan hadirnya banyak penonton.
Saya perpartisipasi apa? Hanya jeprat jepret foto sadja.
Komentar
Posting Komentar