Selamat tahun baru 2016. Seluruh dunia merayakan tahun baru. Disetiap tempat
tentu memiliki kemeriahan maisng-masing. Tidak hanya di dunia nyata, di dunia
maya juga orang-orang merayakan tahun baru. Saling mengucapkan selamat dengan
mencorat-coret dinding facebook ya, atau twitter atau lainnya.
Tahun baru tentu tidak bisa lepas dengan istilah resolusi (seperti kamera
ya). Tentu resolusi tahun baru tidak ada kaitannya dengan resolusi kamera ya.
Menurut KBBI resolusi adalah “kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan
yang ditetapkan oleh rapat.”
Anda pasti mikir ya…tahun kemarin sudah rapat sama siapa saja. Jadi resolusi
tahun baru bisa dikatakan sebuah kesimpulan dari sepanjang 1 tahun yang sudah
dilewati, dengan meneguhkan sikap agar di tahun selanjutnya lebih baik dan lebih
baik. Setelah merenungkan semua aktifitas yang sudah dilakukan tentu kita
berusaha melakukan perbaikan-perbaikan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan
pada tahun sebelumnya.
Begitu kira-kira gambaran mengenai resolusi tahun baru. Jadi sebenarnya perlu
atau tidak ya resolusi ini? Tentu setiap orang akan berpendapat berbeda-beda ya.
Resolusi bisa dikatakan sebagai harapan dan janji untuk lebih baik pada
tahun-tahun selanjutnya.
Menurut saya resolusi perlu ya… kenapa? karena dengan melakukan kilas balik
dan menentukan sikap untuk hari-hari kedepannya, tentu hidup kita akan lebih
terarah. Paling tidak 1 tahun kedepan hidup kita bisa lebih terarah (bagi orang
yang ingin berubah lebih baik ya). Lain ceritanya jika resolusi berlawanan
arah.
Sebenarnya “resolusi” tidak harus setiap tahun baru ya. Setiap hari
sebenarnya kita harus ber-“resolusi” untuk mengevaluasi dan memberi semangat
untuk hari esoknya.
Bagaimana sebaiknya merayakan tahun baru?
Setiap masyarakat tentu memilik tradisi yang berbeda dalam merayakan tahun
baru. Di negara-negara barat misalnya merayakan tahun baru dengan pesta kembang
api dan pesta lainnya. Di Indonesia ada pesta rakyat, misalnya pesta rakyat
tahun baru di Raja Ampat, seperti yang dihadiri oleh presiden Jokowi.
Mengingat pesta saya jadi ingat mengenai penyambutan tahun baru semasa saya
masih berada di desa. Di kampung saya tahun baru dirayakan dengan pesta hiburan
oleh muda-mudi, sembahyang bersama dan makan-makan.
Masih saya ingat dulu dari siang hari kami sudah melakukan persiapan.
Biasanya kami memotong babi dan juga membuat kue-kue. Sehari penuh kami
mempersiapkan acara.
Sore harinya kami akan melakukan sembahyang bersama di Pura. Setelah
persembahyangan baru kemudian dilanjutkan dengan acara pestanya. Biasanya pesta
yang kami lakukan seperti pesta anak-anak, ya bisa dikatakan begitulah. Salah
satu permainan yang masih saya ingat adalah putar selendang, dengan diiringi
musik. Jadi musik akan dimanikan dan di stop mendadak. Di mana posisi selendang
saat musik di stop maka yang memegang selendang akan dihukum, misalnya dengan
berjoget.
Cukup menyenangkan. Malam hari pergantian tahunnya kami isi dengan makan
bersama. Menikmati semua makanan yang sudah kami siapkan
sebelumnya. Kami biasanya akan melek sampai pagi.
Lain halnya di tempat saya tinggal sekarang. Anak muda di sini bisa dikatakan
lebih “liar”. Mengapa liar? Karena setiap ada perayaan tertentu yang berkaitan
dengan sesuatu yang istimewa mereka berteriak-teriak sekencang mungkin, tanpa
perduli dengan lingkungan sekitar.
Mereka akan berteriak-teriak seperti anjing pada musim kawin, atau seperti
srigala di bulan purnama. Menari mengitari api unggun kemudian dilanjutkan
dengan menikmati makanan ringan seadanya. Bahkan tidak jarang diakhiri dengan
kejadian yang memalukan.
Contoh kecilnya yang terjadi tahun ini. Saat sedang asiknya menari dan
teriak-teriak tidak karuan, datanglah dosen marah-marah dan memaki-maki karena
ia merasa terganggu dengan kegaduhan tahun baru. Akhirnya semua terdiam dan
tarian dan teriakan berhenti seketika.
Itulah tahun baru.Selamat tahun baru 2016…semoga 1 tahun kedepan kehidupan
berubah ke arah yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar