|
Salah satu sudut perbukitan dengan curah hujan tertinggi kedua di India |
Hallo teman-teman
blogger,
Disambung lagi ya
ceritanya.
Nah…setelah diangkut
ke Domestic Departure dengan bus, maka kami menunggu di ruang tunggu. Bukan
hanya kami yang menunggu penerbangan pagi, banyak juga penumpang lainnya. Saat itu
kalau tidak salah sekitar jam 00.30 waktu Mumbai. Saya menyibukkan diri dengan
menonton film yang ditayangkan di tv ruang tunggu. Terkadang juga beberapa kali
mencoba mencari posisi yang pas untuk tidur. Akhirnya saya membuat kesepakatan
untuk tidur bergantian dengan teman seperjalanan saya. Untuk jaga-jaga takutnya
kalau sama-sama tidur, tas yang kami bawa bisa disikat orang.
Sebenarnya sangat
tidak nyaman, tetapi apa boleh buat. Hehe. Akhirnya pagi pun datang. Setelah
menyempatkan gosok gigi dan cuci muka, kemudian kami masuk ke ruang tunggu
keberangkatan. Saat itu sekitar jam 5.30. Jam 7.30 kami cek in dan sekitar jam
8 pesawat pun mengudara.
Beruntung sekali di
pesawat mendapatkan snack dan sarapan, karena di bandara kami tidak sempat
sarapan. Pesawat yang kami tumpangi menuju ke Mangalore. Setelah terbang
sekitar 2 jam pesawat mendarat di bandara di Mangalore. Bandara ini sangat
sepi. Jika dibandingkan dengan bandara yang ada di Indonesia, hampir sama
dengan bandara yang ada di Kendari. Saya lupa namanya. Bandara ini juga berada
di atas bukit.
Di sini kami kembali
menunggu sekitar 2 jam untuk dijemput. Sekitar jam 1.30 siang kami dijemput dan
berangkat menuju Koppa.
Perjalanan daratpun
tidak kalah serunya. Begitu begitu keluar dari bandara kami langsung menjumpai
jalan menurun dan menikung tajam. Seperti saya katakan sebelumnya bahwa bandara
ada di atas bukit. Selain itu mobil yang kami tumpangi melaju sangat cepat.
Di tengah perjalan
kami berhenti di sebuah kuil. Saya lupa nama kuilnya. Kuil ini adalah kuil Dewi
Durga. Sayang sekali saya lupa nama lengkapnya. Di kuil ini kami berhenti
sekitar 30 menit. Oleh pandit yang ada di kuil tersebut kami diberi prasadam
untuk dibawa pulang. Selepas dari kuil kami makan siang di sebuah restoran yang
tidak jauh dari kuil. Nah saat itulah kami kembali harus membiasakan diri
dengan makan India. Sambar, pickle, rasam, papad, dan jenis makanan lainnya.
Setelah makan siang
kami melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa menit mobil yang kami tumpangi
melaju, di depan kami berdiri kokoh sebuah bukit yang tampak sangat hijau. Saya
tidak menyangka bahwa kami akan menuju bukit tersebut. Mobil yang kami tumpangi
pun mulai menjelajah jalan menanjak, menikung, merayap di jalan tersebut. Jika
dibandingkan dengan di Indonesia, kondisi tanjakan dan tikungan di jalan
tersebut sama dengan jalan di bukit gunung kidul, Yogyakarta, bahkan lebih
parah karena kondisi jalan tidak semulus jalan di gunung kidul dan bukit yang
lebih tinggi. Saat itu kondisi juga sedang hujan, jadi suasana perjalanan
sedikit menegangkan. Untung sekali sopir yang menjemput sangat lihai dalam
mengemudi.
Kami juga diajak
berhenti sesaat di sebuah pandang yang ada di tepi jalan yang kami lewati. Di
sana cukup ramai, sepertinya memang disediakan sebagai tempat untuk menikmati
pemandangan pegunungan yang terhampar hijau dan selalu basah. Di tempat inilah
kami diberitahu oleh profesor yang menjeput kami cerita tentang bukit tempat
kami berdiri saat itu. Bukit itu merupakan gunung yang memiliki curah hujan
tertinggi ke-2 di India. Dan di bukit tersebut tiada hari tanpa hujan. Setiap hari
hujan pasti turun. Tidak lupa kami sempatkan berfoto di tempat ini. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan.
Sepanjang perjalanan
kami juga berpapasan dengan monyet-monyet yang dengan cueknya bermain di pinggir
jalan. Hutan di gunung ini masih sangat alami karena banyak sekali
monyet-monyet yang dengan leluasa bermain di tepi jalan.
Setelah sekitar 1,5
jam kami dalam perjalan akhirnya kami sampai di sebuah tempat yang disebut
dengan Sringeri.
Nah cerita tentang
Sringeri bersambung ya!.
Komentar
Posting Komentar