Cara Memilih Mesin Cuci Sesuai dengan Selera dan Budget yang Dimiliki

Gambar
Di jaman modern ini setiap orang memiliki kesibukan yang cukup padat sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan dasar rumah tangga, misalnya mencuci. Dengan kehadiran mesin cuci tentu hal ini sangat membantu dan meringankan beban khususnya beban ibu-ibu rumah tangga dalam mencuci. Tahu mesin cuci kan?

Mumbai, Mangalore, Sringeri

Salah satu sudut perbukitan dengan curah hujan tertinggi kedua di India

Hallo teman-teman blogger,

Disambung lagi ya ceritanya.
Nah…setelah diangkut ke Domestic Departure dengan bus, maka kami menunggu di ruang tunggu. Bukan hanya kami yang menunggu penerbangan pagi, banyak juga penumpang lainnya. Saat itu kalau tidak salah sekitar jam 00.30 waktu Mumbai. Saya menyibukkan diri dengan menonton film yang ditayangkan di tv ruang tunggu. Terkadang juga beberapa kali mencoba mencari posisi yang pas untuk tidur. Akhirnya saya membuat kesepakatan untuk tidur bergantian dengan teman seperjalanan saya. Untuk jaga-jaga takutnya kalau sama-sama tidur, tas yang kami bawa bisa disikat orang.


Sebenarnya sangat tidak nyaman, tetapi apa boleh buat. Hehe. Akhirnya pagi pun datang. Setelah menyempatkan gosok gigi dan cuci muka, kemudian kami masuk ke ruang tunggu keberangkatan. Saat itu sekitar jam 5.30. Jam 7.30 kami cek in dan sekitar jam 8 pesawat pun mengudara.

Beruntung sekali di pesawat mendapatkan snack dan sarapan, karena di bandara kami tidak sempat sarapan. Pesawat yang kami tumpangi menuju ke Mangalore. Setelah terbang sekitar 2 jam pesawat mendarat di bandara di Mangalore. Bandara ini sangat sepi. Jika dibandingkan dengan bandara yang ada di Indonesia, hampir sama dengan bandara yang ada di Kendari. Saya lupa namanya. Bandara ini juga berada di atas bukit.

Di sini kami kembali menunggu sekitar 2 jam untuk dijemput. Sekitar jam 1.30 siang kami dijemput dan berangkat menuju Koppa.

Perjalanan daratpun tidak kalah serunya. Begitu begitu keluar dari bandara kami langsung menjumpai jalan menurun dan menikung tajam. Seperti saya katakan sebelumnya bahwa bandara ada di atas bukit. Selain itu mobil yang kami tumpangi melaju sangat cepat.

Di tengah perjalan kami berhenti di sebuah kuil. Saya lupa nama kuilnya. Kuil ini adalah kuil Dewi Durga. Sayang sekali saya lupa nama lengkapnya. Di kuil ini kami berhenti sekitar 30 menit. Oleh pandit yang ada di kuil tersebut kami diberi prasadam untuk dibawa pulang. Selepas dari kuil kami makan siang di sebuah restoran yang tidak jauh dari kuil. Nah saat itulah kami kembali harus membiasakan diri dengan makan India. Sambar, pickle, rasam, papad, dan jenis makanan lainnya.

Setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa menit mobil yang kami tumpangi melaju, di depan kami berdiri kokoh sebuah bukit yang tampak sangat hijau. Saya tidak menyangka bahwa kami akan menuju bukit tersebut. Mobil yang kami tumpangi pun mulai menjelajah jalan menanjak, menikung, merayap di jalan tersebut. Jika dibandingkan dengan di Indonesia, kondisi tanjakan dan tikungan di jalan tersebut sama dengan jalan di bukit gunung kidul, Yogyakarta, bahkan lebih parah karena kondisi jalan tidak semulus jalan di gunung kidul dan bukit yang lebih tinggi. Saat itu kondisi juga sedang hujan, jadi suasana perjalanan sedikit menegangkan. Untung sekali sopir yang menjemput sangat lihai dalam mengemudi.

Kami juga diajak berhenti sesaat di sebuah pandang yang ada di tepi jalan yang kami lewati. Di sana cukup ramai, sepertinya memang disediakan sebagai tempat untuk menikmati pemandangan pegunungan yang terhampar hijau dan selalu basah. Di tempat inilah kami diberitahu oleh profesor yang menjeput kami cerita tentang bukit tempat kami berdiri saat itu. Bukit itu merupakan gunung yang memiliki curah hujan tertinggi ke-2 di India. Dan di bukit tersebut tiada hari tanpa hujan. Setiap hari hujan pasti turun. Tidak lupa kami sempatkan berfoto di tempat ini. Kemudian kami melanjutkan perjalanan.   

Sepanjang perjalanan kami juga berpapasan dengan monyet-monyet yang dengan cueknya bermain di pinggir jalan. Hutan di gunung ini masih sangat alami karena banyak sekali monyet-monyet yang dengan leluasa bermain di tepi jalan.

Setelah sekitar 1,5 jam kami dalam perjalan akhirnya kami sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Sringeri.

Nah cerita tentang Sringeri bersambung  ya!.

Komentar

Postingan populer dari blog ini